Yogyakarta, Selasa (11 Agustus 2009) -- Beasiswa penelitian sebanyak Rp.60 juta disediakan bagi para perempuan muda peneliti Indonesia. Beasiswa ini diberikan melalui program For Women In Science. Kegiatan ini diselenggarakan untuk membangkitkan semangat para perempuan muda peneliti Indonesia dan untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan umat manusia.
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia (Ka KNIU) UNESCO Arief Rachman berharap, program ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh peneliti wanita muda Indonesia. "Agar semakin banyak peneliti wanita muda ikut dalam program ini, sehingga perkembangan life science di Indonesia dapat lebih dikenal di forum internasional," katanya pada sosialisasi program For Women In Science di Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Selasa (11/08/2009).
Arief mengatakan, program yang merupakan kerjasama antara L'oreal dengan UNESCO ini telah diselenggarakan sejak 1998 dan diperbarui pada 2004. Di tingkat internasional, kata dia, program ini merupakan suatu hasil kemitraan pemerintah dan swasta unik yang ditujukan untuk mengakui, menyemangati, dan mendukung wanita di bidang sains. "Masalah (topik penelitian) di Indonesia unik dan bisa diterapkan," katanya.
Program ini difokuskan pada tiga kegiatan utama yaitu L'oreal-UNESCO Award, UNESCO-L'oreal Fellowship International, dan L'oreal Fellowship Nasional. Pada tingkat nasional, program ini tiap tahun memberikan tiga fellowship masing - masing dua untuk life sciencematerial science.
Adapun persyaratan umum mengikuti program ini adalah batas usia maksimal 37 tahun, minimal berpendidikan S2, dan memiliki proyek penelitian yang orisinil. Batas waktu penerimaan formulir pada 11 September 2009. Keterangan selengkapnya dapat diakses melalui laman www.forwomeninscience.com.
Arief menyebutkan ada empat nilai intelektualitas dalam penelitian. Pertama, kata dia, penelitian harus dilakukan dengan niat untuk perbaikan. Kedua, proses metodologi penelitian harus memegang etika dari ilmu itu sendiri. "Jangan sampai ada penelitian - penelitian yang melanggar etika - etika peneliti," tegasnya.
Kemudian yang ketiga, lanjut Arief, hasil penelitian mempunyai dampak perbaikan martabat manusia baik secara material, moral, maupun sosial. Dia mencontohkan, penelitian tentang bagaimana mengendalikan pematangan buah pisang. Menurut dia, dampak dari penelitian ini sangat besar kepada ekonomi, pengemasan, dan kemubaziran pisang. "Sebetulnya peneliti itu sangat mencerahkan sekali. Jadi yang kita hindari adalah penelitian untuk penelitian," ujarnya.
Nilai yang keempat, kata Arief, peneliti harus mempunyai keberanian intelektual. Menurut dia, bila peneliti masuk ke dalam kelompok pemain aman atau safety player maka hasil penelitian itu hanya akan menumpuk di meja universitas. "Prosentase dari disertasi dan tesis yang diterapkan dan dikembangkan masih sedikit," katanya.***
Sumber: Pers Depdiknas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar