2009/06/04
Schmutzer Ragunan
Pusat Primata Schmutzer Ragunan dihibahkan bagi kota Jakarta oleh mendiang nyonya Puck Schmutzer, seorang pecinta satwa, dan Yayasan Gibbon dimana beliau ikut menangani pengurusannya. Nyonya Schmutzer ingin menunjukkan sebuah contoh akan kepedulian pada satwaliar di dalam nuansa Taman Margasatwa. Atas kecintaannya pada Indonesia, beliau mengharapkan hibah yang diberikan dapat membantu masyarakat Indonesia untuk lebih menghargai dan peduli pada keindahan satwaliar Indonesia.
Pauline Adeline Antoinette Veersteegh atau Puck lahir pada tanggal 6 September 1924 di Wonorejo. Beliau seorang pelukis, pecinta seni dan penyayang binatang. Hal terpenting yang diajarkan oleh orangtuanya yaitu: Menghargai dan Mencintai semua ciptaan Tuhan, termasuk manusia dan satwa. Puck lahir dengan kewarganegaraan Indonesia, tetapi pada tahun 1951 beliau mengganti kewarganegaraannya menjadi warga negara Belanda. Beliau bekerja pada sebuah perusahaan di Indonesia yaitu, Ford Motor.
Dan kemudian pindah ke kantor pusat perusahaan tersebut di Singapura. Beliau bekerja pada perusahaan tersebut sampai tahun 1959, kemudian kembali ke Indonesia.
Sekembalinya dari Singapura, beliau bertemu seorang pengusaha berkewarganegaraan Belanda bernama Drs. IAM Ignace Schmutzer. Setelah pernikahan mereka, Puck mulai banyak mengerjakan aktivitas sosial, baik untuk manusia maupun untuk satwa. Beliau melakukan kegiatan ini sampai sepanjang sisa hidupnya. Pada tahun 1980 beliau menerima Satya Lencana Sosial dari Presiden Soeharto. Drs. IAM Ignace Schmutzer meninggal lebih dahulu pada tahun 1977 di Utrecht, Belanda. Ny. Puck Schmutzer meninggal pada tahun 1998 dan abu jenazahnya ditabur di atas jejak kaki harimau sumatera oleh pelaksana wasiat Dr.Ir. Willie Smits di kawasan Taman Nasional Berbak, Jambi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar