2009/06/14

Geertjan Lassche

lahir di Zwolle, 17 Agustus 1976. Ia memulai karir jurnalistiknya pada tahun 1996 di surat kabar De Zwolsche Courant. Selain itu ia juga bekerja secara freelance untuk antara lain RTV Oost, Omroep Gelderland, Radio 1 dan majalah Nieuwe Revu. Selain itu ia juga menulis untuk majalah Kijk dan Voetbal International. Dua tahun kemudian, dokumenter radionya mengenai kehidupan sehari-hari di daerah pedesaan mendapatkan penghargaan juara kedua pada perlombaan RVU-Radioprijs.

Lassche semenjak tahun 2000 bekerja pada televisi nasional Belanda, pertama-tama untuk programa Twee Vandaag dan semenjak tahun 2004 untuk Netwerk. Ia antara lain bisa merunut ulang rencana aktivis Republik Maluku Selatan (RMS) untuk menyandera Ratu Juliana dan menduduki Istana Soestdijk. Namun aksi radikal ini yang direncanakan untuk dilaksanakan pada tahun 1975, gagal karena ada yang memberi tip BVD atau dinas intelijen Belanda pada saat-saat terakhir. Etienne Urka, seorang tokoh yang dikenal oleh polisi dan kala itu suka bergaul dengan orang-orang RMS di Belanda, mengaku kepada Lassche bahwa dia memberi tahu BVD dari dalam penjara mengenai aksi kaum RMS ini.

Ia menjadi terkenal dengan liputannya mengenai “Pertempuran orang Polandia yang dilupakan dalam memperebutkan Arnhem” di mana ia mewawancarai Pangeran Bernhard. Wawancara ini merupakan wawancara jurnalistik televisi yang terakhir sebelum beliau wafat. Oleh karena liputan Lassche ini, Brigade Parasut Polandia Merdeka Pertama mendapat penghargaan militer Willems-Orde yang diserahkan oleh Ratu Beatrix. Selain itu pemimpin brigade ini, yaitu StanisÅ‚aw Sosabowski secara anumerta mendapat penghargaan Bronzen Leeuw. Di Polandia pemulihan nama baik secara luas dipantau dan Lassche pada gilirannya juga mendapat penghargaan: pada tanggal 30 Januari 2007 ia mendapatkan penghargaan militer dan kenegaraan. Pada pemberian penghargaan ini, salah seorang cucu Mayor Jenderal Sosabowski juga hadir.

Pada tahun 2005 Lassche membuat sebuah serial liputan mengenai kebijaksaan orang asing Belanda. Ternyata pemerintahan Belanda secara sengaja memberikan informasi rahasia kepada pemerintahan Kongo-Kinshasa, suatu hal yang sebelumnya selalu disangkal oleh Menteri Rita Verdonk. Pembeberan rahasia ini menghasilkan perdebatan-perdebatan sengit dan sebuah mosi tidak percaya kepada Verdonk yang ditolak dengan mayoritas minim. Untuk liputan ini Lassche mendapatkan penghargaan Gouden Tape (Kaset Emas), sebuah penghargaan hiburan untuk talenta muda dalam bidang jurnalistik.

Dokumenter historisnya “‘t Was maar een mof” (“Dia hanyalah seorang Jerman”) mengisahkan cerita seorang tentara Jerman Karl Heinz Rosch yang pada masa pendudukan Belanda oleh Jerman menyelamatkan nyawa dua orang bocah namun tewas sendiri. Cerita ini lalu menjadi terkenal dan hasilnya ialah bahwa pada bulan November 2008, sebuah patung untuk serdadu Jerman ini didirikan.

Pada tahun 2007 Lassche membeberkan skandal-skandal adopsi di Kolombia, India dan China. Hal ini membuat heboh para anak angkat, orang tua angkat dan biro adopsi serta Departemen Kehakiman. Beberapa komisi pencari fakta yang ditugasi menyelidiki hal ini mengakui akan adanya hal-hal yang tidak beres dan memberi saran supaya lebih ketat dilakukan pengawasan dan ditetapkannya kebijaksanaan baru.

Pada tahun 2008 Lassche dinominasikan dua kali untuk De Tegel, penghargaan tahunan jurnalistik Belanda.

Pada akhir tahun 2008, film De boer die zou gaan emigreren ("Petani yang mau beremigrasi") yang dibuat oleh Lassche dinominasikan untuk Internationaal Documentaire Festival in Amsterdam (IDFA). Film ini lalu dirilis secara perdana pada tanggal 25 November 2008 di Tuschinski Theater di Amsterdam. Pada awal bulan Januari dokumenter ini ditayangkan di televisi dan banyak ditonton (andil 17 persen).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar