Ratu Juliana Louise Marie Wilhelmina van Oranje-Nassau lahir di Den Haag, 30 April 1909,anak dari Pangeran Hendrik, Duke dari Mecklenburg-Schwerin dan Ratu Wilhemina dari Belanda. Juliana menghabiskan masa kecilnya di Istana Het Loo di Apeldoorn, dan di Istana Noordeinde serta Istana Huis ten Bosch di Den Haag. Sebuah sekolah kecil dibangun di Istana Noordeinde atas saran pengajar Jan Lightart sehingga, ketika berumur enam tahun, sang Putri bisa mendapatkan edukasi utamanya bersama dengan teman sebayanya. Teman sebayanya ialah Baroness Elise Bentinck, Baroness Elisabeth van Hardenbroek dan Jonkvrouw Miek de Jonge
Di tahun yang sama 1927 sang Putri masuk sebagai murid di Universitas Leiden. Di tahun pertamanya masuk universitas, dia menghadiri kuliah di sosiologi, jurisprudensi, ekonomi, sejarah agama, sejarah parlementer dan hukum konstitusional. Di tengah masa pendidikannya dia juga masuk kelas tentang budaya Suriname dan Antillen Belanda, Piagam Kerajaan Belanda, hukum internasional, bidang internasional, sejarah, dan hukum Eropa. Dia juga diajar privat oleh C. Snouck Hurgronje dalam agama islam yang diamalkan oleh kebanyakan orang di Koloni Belanda.
Ratu Wilhemia mulai mencari suami yang cocok untuk putrinya. Ini lumayan sulit untuk seorang Pangeran yang Protestan untuk cocok dengan standar Kerajaan Belanda yang ketat. Putri dari Britania Raya dan Swedia telah memberi calon tetapi ditolak oleh sang Putri. Setelah bertemu yang mulia Pangeran Bernard dari Lippe Bietersfeld pada Olimpiade Musim Dingin 1936 di Bavaria, Pertunangan kerajaan Putri Juliana diatur oleh ibunya. Pangeran Bernhard adalah seorang pebisnis yang baik dan biarpun bukanlah playboy, merupakan “orang kota” yang gaya hidupnya mencengangkan. Putri Juliana jatuh cinta berat dengan tunangannya, cinta yang bertahan seumur hidup dan tak terpisahkan selama peperangan dengan banyaknya skandal diluar nikah dan anak sang Pangeran yang diketahui publik. Di dokumen yang legal yang menyatakan apa yang harus Pangeran Jerman boleh dan tidak boleh dilakukan, dan jumlah uang yang dia bisa harapkan dari kekayaan besar Keluarga Kerajaan Belanda, sang Ratu Wilhemmia tidak ada lagi kesempatan. Dokumen tersebut ditandatangani dan pertunangan pasangan tersebut diumumkan pada 8 September 1936.
Pengumuman pernikahan memisahkan negara itu karena ada yang tidak percaya akan kepemimpinan Adolf Hitler. Setelah pernikahan, pada 24 November 1936, Pangeran Bernhard diberikan kewarganegaraan Belanda dan mengganti pengejaan namanya dari Jerman ke Belanda. Mereka menikah di Den Haag pada 7 Januari 1937, tanggal dimana kakek dan nenek Juliana, Raja William III dan Ratu Emma, menikah 58 tahun sebelumnya. Upacara sipilnya diadakan di Balaikota The Hague dan pemberkatannya di Gereja Agung (St. Jacobskerek), juga di The Hague. Pasangan muda ini kemudian membeli rumah di Istana Soestdijk, Baarn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar