2009/08/20

Ibu Bukan Ibumu


Hari itu seperti biasa Bu Hanifah tampak menyapu di teras rumahnya. Sudah hampir 5 (lima) tahun ini Bu Hanifah menjadi buruh cuci di rumah Bu Nindy, tetangga yang jaraknya sekitar 3 (tiga) rumah dari rumah Bu Hanifah. Bu Hanifah tiba-tiba cemas dan khawatir akan keadaan Fathia yang belum pulang dari sekolah.


Bu Hanifah : “Sampai saat ini Fathia kok belum pulang juga ya (dengan nada cemas) Biasanya jam segini (sambil melihat kearah jam yang terpasang di dinding rumahnya yang amat sederhana) Fathia sudah pulang.


Terdengar suara orang mengucapkan salam dari luar rumah. Serentak Bu Hanifah
Sangat gembira, dia yakin itu suara Fathia anaknya.


Fathia dan teman-temanya : Assalamualaikum…” (sambil memasuki rumah)

Bu Hanifah : “Waalaikumsalam…,”aduh Fathia, dari mana saja kamu Nak…? Ibu sangat mengkhawatirkanmu…

Fathia : “Ibu enggak usah khawatir, aku baik-baik aja kok. Tadi di sekolah ada pelaksanaan try out, Bu, jadi pulangnya agak telat. Oh ya…, perkenalkan bu, ini teman-temanku, Teman-teman ini ibuku…!

Wulan : “Siang tante, nama saya wulan, W-U-L-A-N…”

Bu Hanifah : “O…init oh yang namanya Wulan, yang sering di ceritakan sama Fathia itu! Kalau yang ini siapa?”(menunjuk kearah Priska)

Priska : “Saya Priska, Tante!”

Bu Hanifah : “oh ini Priska yang jago karate itu ya ?”

Priska : “haha tante bias aja, aku nggak jago-jago banget kok”(sambil malu-malu)

Bu Hanifah : “Fath, ayo ajak teman-temanmu masuk. Pasti pada capek semua, jangan lupa ambilkan minuman untuk mereka. Oh ya…di dalam lemari ada sedikit makanan kecil, di ambil ya…!”

Fathia : “Baik Bu…”

Fathia masuk ke dalam untuk mengambil makanan dan minuman untuk teman-temannya.
Sementara itu, Bu Hanifah berbincang-bincang dengan Wulan dan Priska.

Bu Hanifah : “Bagaimana try outnya tadi ? Kalian bias menjawab semuanya ?
Wulan : “aduh tante, soalnya sulit sekali…Saya sampai keringetan ngerjakanya…”

Priska : “Kalo saya, bisa tante ngerjakanya. Soalnya gampang kok…(dengan gaya sombongnya) Mereka aja yang enggak bisa!”

Wulan : “Bisa apaan? Bisa nyontek maksud lo ?

Bu Hanifah,Wulan dan Priska tertawa…

Bu Hanifah : “Sudahlah, kalian jangan saling menyalahkan. Yang penting kalian harus rajin belajar agar pada saat UAN nanti, kalian bisa mengerjakan semuanya. Jangan lupa kalian harus berdoa dan minta restu pada orang tua kalian!”

Fathia dating membawa makanan dan minuman. Dia segera bergabung dengan ibu
serta teman-temanya.

Fathia : “pada ngobrolin apaan ? Kok Kyaknya asyik banget,eh…ini minumannya, kalian pasti sudah haus!”

Wulan : “Wah…asyik nih ada pisang goring. Bikin sendiri ya Fath?” (sambil menganbil pisang gorengnya)

Fathia : “Iya, pisang goring ini ibuku loh yang membuatnya”

Bu Hanifah : “Kalau begitu, tidak usah sungkan-sungkan. Anggap saja rumah sendiri ya, ibu masih ada pekerjaan di belakang kalian teruskan saja ngobrolnya. Ayo, silakan di minum!”

Bu Hanifah meninggalkan Fathia dan teman-temannya, kemudian meneruskan
pekerjannya.

Fathia : “Ehh teman-teman, kira-kira kita bisa enggak ya ngerjain soal UAN nanti? Try outnya susah banget”

Wulan : “jangan merendah gitu dong Fath, kamu kan pinter. Tadi aja si Priska nyontek ama kamu.

Priska : “Siapa yang nyontek? Orang gue hanya nyocokin jawaban…!

Wulan : “Itu mah sama aja Pris….”

Fathia : Sudahlah, kalian ini seperti kucing dan tikus saja.

Priska : “Ngomong-ngomong kalian seneng enggak melihat pengumuman tadi?”

Wulan : ‘Pengumuman yuang mana? Pengumuman PMDK? Ya…jelas lah. Kalau diterima PMDK jadi aku kan enggak u8sah ikut SPMB lagi, kalau kamu gimana Fath?”

Fathia : (kelihatan bingung) “…aku…aku…”

Bu Hanifah dating sambil membawa keranjang pakaian. Lalu dia menghampiri Fathia
dan teman-temannya yang sedang asyik mengobrol.

Bu Hanifah : “Ibu dengar dari tadi sepertinya kalian asyik sekali mengobrolnya, memenganya pa yang sedang kalian bicarakan?

Fathia : “Ini loh bu, teman-teman pada ngomongin soal try out tadi dan juga tentang PMDK…”

Bu Hanifah : “Oh…begitu yah! Jadi, kalian ini pada mau kuliah semua?”

Wulan : “Iya tante…

Priska : “ya, aku juga.

Bu Hanifah : “Kamu ingin meneruskan kemana Priska?

Priska : “Saya maunya ke London tante, kata Papa disana fasilitasnya lebih lengkap dan berkualitas…

Wulan : Kamu mau kuliah ke London…? (sambil tersenyum sinis) Emangnya kamu bisa bahasa inggris?”

Priska : “Yah…tentu bisa dong lan, Contohnya…”No Smoking”

Wulan : “kalau itu mah anak kecil juga bisa pris, oh ya…kalau saya ingin kuliah di UI (Universitas Iindonesia ) tante, ambil jurusan Ekonomi Bisnis. Wulan kan cinta tanah air…’

Priska : “Ehh…siapa juga yang nanya…?”

Wulan : “Aku kan hanya memberikan informasi, iyakan tante…!!!

Bu Hanifah : “Nah kalau kamu fath, kok dari tadi kamu diam saja.”

Fathia : “Iya bu, aku kan sudah diterima PMDK. Tapi…kalau ibu mengijinkan…”

Bu Hanifah : (sambil menghela nafas) “Bukannya ibu tidak mengijinkan, tapi…kita dapat biaya dari mana? Kamu sendiri kan tahu fath,kalau penghasilan ibu sebagai buruh cuci saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari”

Fathia : “Ya,sudahlah bu…aku enggak maksa kok bu untuk kuliah. Meskipun enggak bisa kuliah, aku kan bisa bekerja untuk menambah penghasilan dan juga masih bisa menemani ibu, benar kan bu…?”

Bu Hanifah : (dengan muka murung) “Bener…”

Priska : “Ngomong-ngomong, mukamu dengan ibumu kok gak sama ya fath, saya rasa lebih caantik ibumu dari pada kamu…bener gak lan…?”

Wulan : “Iya loh fath, memang lebih cantik ibumu…”

Fathia : “Kalian ini ada-ada aja deh…meskipun wajahku tidak sama, tetapi golongan darahku sama dengan ibu. Dan ini berarti, aku kan anak kandung ibu…betul kan bu?”

Bu Hanifah tampak gugup dan kebingungan menanggapi pertanyaan Fathia dan dengan
Perasaan kacau, antara takut dan sedih akhirnya dia menjawab…

Bu Hanifah : “I…ii…iyaa fath,…kamu memang anak ibu…”

Wulan : “Kamu punya berapa saudara?

Fathia : “Aku tidak punya saudara. Disini aku hanya tinggal berdua sama ibu saja.

Priska : “Enak dong fath, kalau kamu punya sesuatu gak usah dibagi-bagi. Tidak sepertiku yang banyak saudaranya”

Fathia : “Seharusnya kamu bersyukur punya saudara, ka nada yang membantu dan menghibur kamu”

Sementara fathia serta teman-temannya mengobrol, Bu Hanifah melihat ke arah jam.
Lalu ia bergegas untuk mengantarkan cucian kerumah ibu Nindy.

Bu Hanifah : (dengan wajah cemas dan sangat gelisah) “Sudah jam 3 (tiga) , ibu mau mengantarkan cucian dulu ya…ke rumah ibu Nindy.

Fathia : Gak usah bu, biar aku saja yang mengantarkan cuciannya…ibu kan sedang sakit.

Wulan : “Tante, kami anta raja ya, pake mobil saya tante…’

Priska : “Mobil apaan? Tadi aja kita kesini naik angkot juga…”

Wulan : Oohh iya lupa’ (sambil tertawa)

Bu Hanifah : Hmm…sudah tidak apa-apa kok! Biar ibu saja yang mengantarkannya…kalian teruskan saja ngobrolnya.

Fathia : “Benar ibu enggak apa-apa…?”

Bu Hanifa : “Benar kok nak, ibu pergi dulu ya…Assalamualaikum”

Bu Hanifa pergi berangkat ke rumah ibu Nindy dengan membawa cucian.

Fathia : “Waalaikumsalam, ehh teman-teman kok perasaanku gak enak yah…! Sebelum ibu pergik sepertinya ada yang aneh dengan ibu! Aku jadi khawatir dan merasa takut terjadi apa-apa sama ibu…!”

Wulan : “Hmmm…gimana kalau kamu ikutin aja?

Priska : “tapi kamu tahu kan ibumu pergi ke rumah siapa…?

Fathia : “Bu nindy, pris.

Priska : …Iiiya…iyaaa…

Fathia : “Nah…kalau gitu aku susul ibu, bagaimana teman-teman ?

Wulan : Hmmmhhh…ide bagus.

Priska : “Oke! Kalau begitu kita pulang dulu ya fath”

Fathia : “iya, makasih kalian sudah mau main kesini”

Wulan : sama-sama fath, kita pulang dulu ya…”

Priska dan Wulan pulang ke rumah mereka, sementara itu.Fathia pun segera menyusul
Ibunya. Di rumah ibu Nindy ada ibu Putri yang sedang berkunjung ke rumah ibu Nindy.

Bu Nindy : “Bu, minggu depan suamiku mau ke perancis loh”

Bu Putri : “Ke perancis!! Aduh saya jadi inget waktu saya masih tinggal di sana”

Bu Nindy : Oooohhh…Bu Putri pernah tinggal di perancis ? berapa lama jeng’

Bu Putri : “Yaaaaaa……lumayan lamalah sekitar 7 (tujuh) tahun, kan dulu suami saya kerja disana.

Bu Nindy : Adduuuhhh…ternyata Bu Putri ini istri pengusaha yang sukses ya “

Bu Putri : “haha Bu Nindy bisa aja (sambil tertawa). Bu Nindy punya anak ? umurnya berapa ?

Bu Nindy : “Ada 1 (satu),umurnya 18 (delapan belas) tahun”

Bu Putri : “(teringat sesuatu) ‘Haahhh…18 (delapan belas) tahun!! Berarti seusia dengan dia…(sambil mengingat sesuatu).

Bu Nindy : “dia….!diaaa..aa..siapa ?”

Bu Putri : Ah…bukan siapa-siapa kok

Bu Nindy : “Kalau begitu mari di minum bu” (mengambil cangkir dan hendaka meminumnya) eh ngomong-omong bagaimana anak Bu Putri sekarang?”

Bu Putri tidak jadi meminumnya dan agak sedikit gugup

Bu Putri : “Anak saya”

Bu Nindy : “Ya…iyalah, emang anak siapa ?”

Bu Putri : “Aaa…anak saya…

Terdengar suara tamu mengucapkan salam

Bu Hanifah : “Assalamu’alaikum

Bu Putri : Bu ada tamu tuh...menggangu saja yah”.

Bu Nindy : “Sebentar ya, saya lihat dulu (sambil menghamoiri tamunya). Oohh ibu Hanifah, silakan masuk bu…”

Bu Hanifah : “iya Bu, ini saya mau ngenterin cucian ibu…”

Pada saat Bu Hanifah hendak menyerahkan cucian kepada Bu Nindy, secara tidak
sengaja Bu Hanifah melihat kearah Bu Putri dan ia sangat terkejut sampai keranjang
cucian yang di bawanya jatuh tanpa ia sadari”

Bu Nindy : “lho…lho…lho…!! Kok jadi berantakan semua, sini bu biar saya Bantu.”
(sambil memungut pakaian yang terjatuh)

Bu Putri pun menoleh pada tamu Bu Nindy dan ia pun segera terkejut, sampai minuman
yang di minumnya tersedak

Bu Nindy : “ya ampun,pelan-pelan saja minumnya bu. (sambil mengusap punggung Bu Putri) ya sudah sebentar, saya mau ke dalam dahulu.

Bu Putri : iii…iiiyyyaaa…iya..silakan”

.
Bu Nindy pun masuk dengan membawa cuciannya. Tinggallah Bu Putrid an Bu Hanifah.

Bu Putri : “eh…kamu…!!kemana saja kau selama ini ? (Bu Hnifah hanya terdiam) kenapa kau diam, apa kau takut padaku…!

Bu Hanifah : “Aaa..aa..aapaa…maksud perkataan nyonya ?”

Bu Putri : “Apa maksudku ? ah…sudahlah jangan berlagak bego. Bukankah kau tau sendiri dengan apa yang kau lakukan belasan tahun yang lalu kau telah merampas anakku, cepat katakan Hanifah dimana anakku sekarang…!

Bu Hanifah : “Tidak…tidak…Nyonya! Saya tidak merampas dia dari nyonya. Tapi say hanya ingin mengasuhnya.

Bu Putri : “ya….kau memang mengasuh dia tapi, tanpa sepengetahuan diriku dan itu juga sama artinya dengan kau merampasnya dariku, kau telah menculiknya.

Bu Hanifah : “Tidak nyonya…..tidak…saya tidak bisa…”

Bu Putri : “Apa maksudmu dengan tidak bisa, sadarkah kalau kamu tidak berhak atas Dia, aku ini ibu kandungnya…!

Tiba-tiba Bu Nindy muncul dari dalam rumahnya

Bu Nindy : “Ada…apa ini, kok ribut-ribut…?

Bu Putri : (sambil menangis) “Perempuan ini…dia…dia…yang telah menculik anak saya…”

Bu Nindy : Menculik…?” (bingung tidak mengerti)

Bu Hanifah : “Tidak… (langsung berdiri) tidak itu tidak benar BU…!!

Bu Nindy : “Sudah-sudah…jangan buat keributan di sini,!

Bu Putri : hiks…hiks..”tapi dia sudah menculik anakku…

Bu Nindy : “Sudah…sekarang tenang dulu, cerikan sama saya apa yang sebenarnya terjadi.

Bu Putri : (Sambil menangis) “…Anak saya…dia telah memisahkan saya dengan anak saya…”

Bu Nindy : “anak…??”

Bu Putri : “iya …anak saya dia telah merampasnya dari saya”

Bu Hanifah : tidak…tidak…Demi Tuhan saya tidak merampas Fathia dari nyonya. Saya hanya ingin merawatny7a karena nyonya hanya mementingkan kekayaan dan karir untuk diri sendiri saja dan tidak memberikan kasih saying pada anak nyonya.”

Bu Putri : Sudahlah…Kamu tahu apa, aku membanting tulang siang malam mencari nafkah dan kamu tahu semuanya itu unuk siapa ?, semua itu untuk Fathia. Kau tidak berhak atas dia sedikitpun. Selama apapun kau merawatnya kamu tetap bukan ibu kandungnya. Aku yang berhak memiliki dia, jadi kembalikan dia kepadaku…”

Sementara itu diluar rumah Bu Nindy tampak Fathia sedang mendengarkan
pembicaraan Bu Putrid an Bu Hanifah.

Bu Hanifah : “Baik, saya akan memenuhi permintaan anda. Tapi biarlah Fathia yang memilih diantara kita sipakah ibu yang terbaik untuknya…”

Tiba-tiba Fathia masuk setelah mendengar keributan tersebut

Fathia : (dengan lemas menghampiri Bu Hanifah), Bu…aku sudah mendengarkan semua yang ibu bicarakan, kenapa ibu merahasiakan ini dariku Bu…?

Bu Putri : “Fath, aku adalah ibumu, bukan wanita itu. Kemarilah Fath, dia tidak sebaik yang kau kira”

Fathia : (sambil berbincang terhadap ibu Hanifah)”tapi aku sayang sama ibu, sungguh-sungguh menyayangi ibu. Bagiku ibu adalah ibuku. Apakah ibu tidak menyayangi aku lagi.”

Bu Hanifah : “tidak nak, jangan berkata seperti itu…ibu selalu menyayangimu, dari kecil ibu mengasuhmu dan selalu menyayangimu seperti anak ibu sendiri. Tapi bagaimanapun juga Bu Putri adalah ibumu, ibu kandungmu yang berhak atas dirimu”.

Fathia : “Ibu…aku tidak mau bu, aku ingin bersama ibu…(sambil memeluk Bu Hanifah)

Bu Putri : “Fathia kamu tak perlu memperdulikannya, dia hanyalah wanita miskin yang telah mengambilmu dari ibu”.

Fathia : “Kalau kamu memang benar ibu kandungku, apa yang kau berikan selama ini padaku ? Bukankah kamu hanya sibuk bekerja saja tanpa memperdulikanku ?

Bu Putri : “Jangan berkata seperti itu kepada ibu nak, ibu membanting tulang siang dan malam agar kamu bisa di pandang oleh masyarakat, agar kamu tidak di cemoohkan sebagaimana kamau anak seorang buruh cuci….!”

Fathia : “Omong kosong, buktinya aku tetap bahagia dengan ibu Hanifah”

Bu Putri : “Kamu tega berkata seperti itu pada ibu kandungmu sendiri.”

Fathia : “Asalkan kamu tahu, bagiku harta bukanlah segalanya dan kasih saying seorang ibu telah Ku rasakan dari Bu Hanifah dia adalah kebahagianku selama ini. Dan saat ini juga aku memutuskan untuk ikut dengan Bu Hanifah saja.”

Lalu Fathia pergi mengajak Bu Hanifah pergi dari rumah Bu Nindy dan meninggalkan
Bu Putri. Sesampainya dirumah, Fathia menanyakan sesuatu terhadap Bu Hanifah.”

Fathia : Bu, tadi saya sudah cukup mendengar semua ceritanya. Tapi saya ingin mengetahui cerita yang sebenarnya dari ibu sendiri. Ibu tak usah takut.

Bu Hanifah : “Sebenarnya ibu adalah pembantu Bu Putri. Selama ibu bekerja dengannya, ibu melihat Bu Putri tidak pernah memperhatikanmu, dia selalu sibuk dengan urusunya saja. Ibu tidak tega melihat kamu yang tidak mendapatkan kasih saying dari ibumu sendiri. Lalu ibu membawamu pergi sejauh mungkin dari ibumu, ibu khilaf nak….maafkanlah ibu, tidak seharusnya ibu berbuat seperti itu”

Fathia : Tidak mengapa bu…, saya tidak marah pada ibu. Bagaimana kalau kita kembali kerumah Bu Nindy.”!

Bu Hanifah : “”Buat apa nak….kita kesana lagi…!!”

Fathia : hmm…sudahlah, sekarang baiknya ibu ikut saja.

Akhirnya Bu Hanifah dan Fathia kembali ke rumah Bu Nindy

Bu Hanifah dan Fathia : “Assalam’ualaikaum

Bu Nindy dan Bu Putri : Waalaikum’salam”

Bu Putri terkejut melihat Fathia kembali

Fathia : “ibu maafkan saya tadi sempat membentak ibu. Tidak sepenuhnya ibu bersalah, maafkanlah saya bu”

Ibu Putri segra berdiri dan memeluk Fathia…

Bu Putri : Iyaaa…aaa tidak apa-apa nak…ibu juga berslah sempat menelantarkanmu

Bu Hanifah yang melihat kejadian itu lalu berbalik hendak meninggalkan Fathia karma
ia merasa bersalah telah memisahkan Fathia dari ibu kandungnya…tiba-tiba Bu putrid
memanggilnya…………..!!!

Bu Putri : “Bu Hanifah”

Ibu Hanifah menengok…

Bu Putri : “ibu bisa tinggal dan bekerja bersama saya lagi serta merawat Fathia di rumah saya”

Bu Hanifah : Apakah itu benar bu, (Sambil tersenyum)

Bu Putri menganguk dan kemudian Bu Hanifah menghampiri Bu Putri serta Fathia

Bu Hanifah : “terima kasih bu, maafkan saya…saya khilaf”

Bu Putri : “Sudahlah bu, saya sudah maafkan Bu Hanifah

Lalu Bu Hanifah dan Bu Putri berpelukan….
























OOOoooo.ABS.ooooOOO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar